Pendidikan;
Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian
Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat
Putus
sekolah hingga kini masih menjadi masalah serius di Indonesia, khususnya daerah
pedesaan dan pesisir. Fenomena putus sekolah di daerah pedesaan dan pesisir
umumnya dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, sarana dan prasarana, serta
rendahnya motivasi anak-anak di daerah tersebut untuk melanjutkan pendidikan. Berdasarkan
data BKKBN 2010, angka putus sekolah di Indonesia mencapai 13.685.324 siswa
dengan usia sekolah 7-15 tahun. Dari total angka putus sekolah tersebut,
sekitar 627.947 siswa putus sekolah
berada di provinsi Sumatera Utara.
Rendahnya
tingkat ekonomi masyarakat berdampak langsung pada persepsi masyarakat mengenai
pendidikan. Karena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari masyarakat
terpaksa mengenyampingkan pendidikan
anak. Fenomena mengenyampingkan pendidikan yang terus berlanjut akan membentuk
persepsi bahwa pendidikan bukanlah hal penting yang harus ditunaikan. Terbentuknya
persepsi tersebut ditengah-tengah masyarakat akan berdampak pada rendahnya atau
bahkan hilangnya motivasi anak untuk melanjutkan sekolah. Banyak faktor yang
bisa mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai pentingnya pendidikan demi
meningkatkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah, diantaranya memberi
pengertian mengenai fungsi pendidikan, memberi gambaran mengenai berbagai
profesi untuk memancing tumbuhnya cita-cita pada anak-anak, serta dukungan yang
positif dari berbagai pihak.
Lantas
siapa yang berkewajiban untuk memberi dukungan positif bagi masyarakat
khususnya anak-anak? Dukungan ini idealnya datang dari berbagai pihak, tidak hanya
dari pemerintah namun juga (dan terutama) dari pemuda pemudi Indonesia yang
berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Kesempatan yang kita dapat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada dasarnya juga diikuti
kewajiban untuk berbagi ilmu serta menebarkan semangat pendidikan kepada
masyarakat sekitar. Dewasa ini, pemuda pemudi Indonesia khususnya mahasiswa
harus dapat memaknai pendidikan dan proses pembelajaran tidak hanya sebagai
proses menuntut ilmu dan memintarkan diri, namun juga untuk perduli serta
berbagi semangat belajar kepada masyarakat.
Proses
belajar dan mengenyam pendidikan yang dilakukan semata-mata demi memintarkan
diri akan memiliki kebermanfaatan dan dampak yang lebih sempit dibanding proses
pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan sembari mengasah rasa peduli kita.
Dengan adanya rasa kepedulian serta ilmu yang didapat selama proses
pendidikan pada akhirnya kita dapat
mengaplikasikan ilmu kita pada banyak hal. Ketika kita terjun ke tengah-tengah
masyarakat dengan berbekal ilmu dan kepedulian, kita tidak hanya dapat berbagi
ilmu namun juga berbagi semangat pendidikan agar ada lebih banyak lagi
anak-anak Indonesia yang berjuang lebih keras untuk melanjutkan pendidikannya.
Rasa peduli akan memimbing kita untuk banyak berkontribusi positif pada
masyarakat. Masyarakat khususnya anak-anak yang menyaksikan dan merasakan
kontribusi kita akan dapat melihat pentingnya serta fungsi pendidikan. Dengan
begitu, mereka akan termotivasi untuk melanjutkan sekolah.
Hasil
akhir yang kita harapkan adalah generasi yang termotivasi penuh untuk
melanjutkan pendidikan serta meneruskan kepedulian yang kita lakukan. Jika
generasi-generasi selanjutnya memiliki bekal ilmu serta kepedulian yang cukup
maka kejayaan Indonesia sudah berada di depan mata kita.
Putri Desifa
Founder of Kampung
Cita-Cita Nelayan Oceano
@Kapuccino.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar