Minggu, 02 Juli 2017
Bimbingan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Pengertian Bimbingan
a) Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
a. menunjukkan jalan (showing the way),
b. memimpin (leading)
c. memberikan petunjuk (giving instruction),
d. mengatur (regulating),
e. mengarahkan (governing), dan
f. memberi nasihat (giving advice).
b) Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a. Miller (1961), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b. Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c. Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1) Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
2) Pengertian Konseling Secara Terminologi
a. Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
b. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.
c. Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
d. Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e. Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f. Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
g. Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B. TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
C. ARAH PELAYANAN BK
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b. Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c. Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
d. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
e. Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.html
LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN
Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.
Strategi Umum
Meliputi penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif.
· Menggunakan Gaya Otoritatif
Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Sedangkan gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restruktif dan punitif. Fokusnya pada ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru bersikap otoriter dan murid cenderung pasif, tidak mau berbuat inisiatif aktivitas, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Muridnya cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
· Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
Manajer kelas yang efektif mampu memahami aspek-aspek berikut :
ü Memonitor perkembangan murid dan menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
ü Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
ü Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
ü Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang
Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
·
Membedakan Aturan dan Prosedur
Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan berfokus pada ekspektasi umum atau spesifik atau standar perilaku. Prosedur atau routines, berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, prosedur mungkin berubah karena rutinitas dan aktivitas di kelas juga bisa berubah.
· Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan akan mendorong mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentu aturan dan makna dari aturan. Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat menyusun aturan dan prosedur di kelas (Weinstein, 1997) :
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4. Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.
Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
Ada tiga strategi agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu : menjalin hubungan positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi, dan mengemban tanggung jawab dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat.
·
Menjalin Hubungan Positif dengan Murid
Sebuah studi menemukan bahwa, selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, juga menunjukkan perhatian pada murid. Perhatian ini menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil.
Child Development Project (CDP) adalah program SD dimana guru dan administrator membangun hubungan yang suportif dengan murid dan mendorong murid untuk mengembangkan hubungan yang hangat satu sama lain. Evaluasi riset atas CDP di sejumlah sekolah di berbagai menunjukkan bahwa murid yang berpartisipasi dalam proyek tersebut lebih kooperatif, punya pemahaman sosial yang lebih baik, punya keahlian memecahkan konflik yang lebih baik dari pada yag tidak mengikuti program tersebut.
· Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab
Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid dalam membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu.
· Beri Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat
Berikut ini beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas.
a. Memilih penguat yang efektif.
b. Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku mereka.
Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia
Tes Standar
Apa Itu Tes Standar ?
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.
Tes berbasis standar (standards-based test), yaitu tes yang menilai kemampuan/keahlian yang diharuskan dipunyai murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya.
Tes berisiko tinggi (high-stakes testing) adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus.
Perbedaan dengan tes standar dengan tes yang dibuat guru :
1. Tes buatan guru berfokus pada tujuan instruksional untuk kelas tertentu. Tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan disetiap kelas.
2. Banyak tes standar yang memiliki aturan umum dan kebanyakan telah dievaluasi validitas dan reliabilitasnya.
Tujuan Tes Standar
1. Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3. Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
4. Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5. Membantu administrator mengevaluasi program
6. Memberikan akuntabilitas
Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar
· Norma
Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group) yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norms) apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional. Selain norma nasional, tes standar juga dapat mengandung norma kelompok spesial dan norma lokal. Jadi, evaluasi kinerja tes murid mungkin akan berbeda-beda tergantung kepada norma kelompok yang dipakai.
· Validitas
Validitas yaitu sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik tes itu sendiri, ada tiga tipe validitas :
- Validitas isi : kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sampel) isi yang hendak diukur.
- Validitas kriteria : kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. Concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
- Validitas konstruk (construct validity) : sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti inteligensi (kecerdasan), gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.
· Reliabilitas
Yaitu sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara antara lain :
- Test-retest reliability, adalah sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda.
- Alternative-forms reliability ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya.
- Split-half reliability adalah reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil. Nilai pada dua set item itu dibandingkan guna menentukan seberapa konsistenkah kinerja murid di kedua set itu.
Reliabilitas dipengaruhi oleh sejumlah kesalahan dalam pengukuran. Murid mungkin memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai namun tidak bisa konsisten dalam mengerjakan beberapa tes karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kesehatan, motivasi, dan kecemasan. Faktor eksternalnya antara lain petunjuk soal yang tidak memadai, soal yang kabur, sampel informasi yang buruk, dan penilaian yang tidak efisien. Ketika murid meraih hasil yang tidak konsisten pada tes yang sama, periksalah dengan cermat faktor-faktor internal dan eksternal yang mungkin menimbulkan ketidakkonsistenan ini.
Validitas dan reliabilitas saling terkait. Sebuah tes yang valid itu reliabel, tetapi sebuah tes yang reliabel tidak selalu valid.
· Keadilan
Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.
Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia
Bimbingan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”)
dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”).
Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang
tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Pengertian Bimbingan
a)
Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah
“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Kata “guidance”yang kata dasarnya
“guide”memiliki beberapa arti :
a. menunjukkan jalan (showing the way),
b. memimpin (leading)
c. memberikan petunjuk (giving instruction),
d. mengatur (regulating),
e. mengarahkan (governing), dan
f. memberi nasihat (giving advice).
b)
Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a. Miller (1961), menyatakan
bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah),
keluarga, dan masyarakat.
b. Selanjutnya Surya (1988)
mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu)
dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c. Menurut Stoops mengemukakan
bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu
suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri
(self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction)
dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan
potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada
individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan
berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1)
Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi
dari bahasa Inggris “counseling” di
dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel”
memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to
obtain counsel), anjuran (to give
counsel), dan pembicaraan (to take
counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti
pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
2)
Pengertian Konseling Secara Terminologi
a. Mortensen (1964) menyatakan
bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu
membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya.
b. James Adam mengemukakan bahwa
konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam
hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang
akan datang.
c. Rogers (1982) mengemukakan
bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu,
dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.
d. Mortensen dan Schmuller dalam
bukunya berjudul Guidance in today’s
school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang
dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk
meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e. Wren dalam bukunya yang
berjudul student person al work in
college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis
antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan
bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai
kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk
memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f. Williamson dan Foley dalam
bukunya Counseling and Dicipline
mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana
yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang
dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang
kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah
penyesuaian diri.
g. Sedangkan menurut American
Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai
suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu
yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau
pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh
keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan
dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka
atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
B. TUJUAN
BIMBINGAN
KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan
bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan
bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam
mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di
sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan
konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan
BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi
konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan
bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan
pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani
menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas
mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai
siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1.
Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2.
Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.
Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4.
Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5.
Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan
karier (psikomotorik).
C. ARAH PELAYANAN BK
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada
terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan
minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional.
Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons)
memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam
hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan
mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan
paling elementer siswa.
b.
Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya.
Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani
kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan,
memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal,
serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan
pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan
pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam
penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang
dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada
tahap dan tugas perkembangan siswa.
c.
Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani
pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan
pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat
terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga,
kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru
BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK
atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan
pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
d.
Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus
tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai
dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial,
belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan
kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas
minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek
pelayanan pengembangan tersebut di atas.
e.
Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di
luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan,
orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan
kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas
utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi
siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak
langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan
teraputik tersebut di atas.
Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.htmls
Minggu, 09 April 2017
Laporan Hasil Observasi
Topik
Manajemen Kelas pada Siswa SMP
Judul
Manajemen Kelas pada Siswa SMP Dharma Pancasila
I.
Pendahuluan
Dalam
lingkaran pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorangpun yang
memperhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi ruwet.
Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan
aktif dalam pembelajaran. Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa
menjadi kacau dan tidak menarik sebagai tempat belajar.
Manajemen
kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,
2002; Evertson, Emmer, & Whorsham, 2003). Para pakar dalam bidang manajemen
kelas melaporkan hawa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk
mengelola kelas. Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian
aturan untu mengkontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan
pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata
diri (Kennedy, dkk., 2001).
Manajemen
kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat
dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan
konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter, 2002). Tren baru dalam
manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih
mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas
diri murid (Freidberg, 1999). Secara historis, dalam manajemen kelas guru
dianggap sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajaran,
guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator (Freiberg,
1999; Kauffman, dkk., 2002). Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah
pada model permisif. Penekanan pada perahatian dan regulasi diri murid bukan
berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi dikelas (Emmer &
Stough, 2001).
1. Rumusan Masalah
a. Apakah
manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
b. Bagaimana
kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
c. Apakah
gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar
para Siswa?
2. Tujuan
a. Untuk
mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif.
b. Untuk
mengetahui kondisi ruang kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
c. Untuk
mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMP Dharma Pancasila.
3. Manfaat
a. Menambah
wawasan akan manajemen kelas.
b. Memberikan
pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMP
Dharma Pancasila.
Alat dan Bahan
1. Alat
tulis (kertas dan pulpen).
2. Kamera
Hp.
3. Reward
(berupa pulpen).
Subjek
penelitian
3 orang guru, 29 orang murid kelas 7C dan 28 orang murid
kelas 8D.
II. Analisis Data
Metode yang kami
gunakan dalam menyelesaikan oservasi pendidikan terhadap manajemen kelas adalah
sebagai berikut:
Metode Pengamatan
Metode yang kami
gunakan adalah dengan mengamati bagaimana cara guru menjelaskan pelajaran dan
menjaga agar murid-murid tetap memperhatikan penjelasan dan mengamati bagaimana
cara belajar murid kelas 7C dan 8D.
Kalkulasi
Biaya
Reward (3 kotak
pulpen) = Rp 30.000,-
Transportasi
= Rp 16.000,-
Total
=
Rp 46.000,-
Profil
Sekolah
Sekolah : SMP SWASTA DHARMA PANCASILA
Nomor Statistik Sekolah : 204076007363
NPSN : 10210063
Tahun Berdiri : 1987
Status Akreditasi : Terakreditasi A
Alamat Sekolah : Jl. Dr. T. Mansyur
No.71.A Medan
Kecamatan : Medan Selayang
Kota : Medan
Propinsi : Sumatera Utara
Izin Operasional : Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Kota Medan Nomor : 420 / 134I0/ Pr / 05 Tgl, 26 Desember 2005
I.
Sarana dan Prasarana:
1.Ruang Belajar: kelas VII: 3 kelas,
VIII : 4 ruang kelas, IX: 4 ruang kelas.
2.LaboratoriumBiologi:1 ruang Fisika:1
ruang Kimia:1 ruang
3.Perpustakaan:1 ruang
4.Ruang Komputer:1 ruang ; 20 Unit
Komputer
5.Ruang BP/BK:1 ruang
6.Ruang Media Pembelajaran:1 ruang ; TV
29 inc, 1 Unit, CD Pemb. Sem.1 dan 2
7.Ruang Mushalla:1 ruang
8.Ruang Agama Kristen:1 ruang
9.Ruang Ka. Sekolah:1 ruang
10.Ruang Waka. Sekolah:1 ruang
11. Ruang Guru:1 ruang
12.Ruang Tata Usaha:1 ruang
13.Ruang Pramuka:1 ruang
14.Ruang WC siswa:6 ruang
15.Ruang WC Guru/Pegawai:2 ruang
16.Ruang WC Ka. Sekolah:1 ruang
17.Ruang Komputer TU:1 ruang
18. Ruang Dapur:1 ruang
19.Kanteen Sekolah:2 buah
20.Komputer yang ada:24 Unit
21. Tape recorder/In Focus/screen,
sound system lengkap. Loud speaker lapangan untuk pengumuman dan Upacara
Nasional. Loud speaker di seluruh ruang kelas siswa.
Tenaga Pengajar:
Guru PNS DPK:3 Orang (S.1)
Guru Honor: 21 Orang (S.1)
Tenaga Administrasi :
Honorer:8 Orang
Scurity:
PNS Pempropsu:1 Orang
Kepala Sekolah:
S U W I T O, S.Pd
Pembina
NIP. 19640929 198803 1 007
LANDASAN TEORI
Mengelola
Kelas Secara Efektif
Manajemen
kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam
manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang
cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan
pembuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan
terbaru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan
dan kesempatan untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan
siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak
keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih
tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas
menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin
diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal.
Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai
pembimbing, koordinator, dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak
berarti masuk kedalam model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan
regulasi diri siswa tidak berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa
yang terjadi di dalam kelas.
Masalah-Masalah
pada Kelas yang Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
·
Ruang kelas itu multidimensional, ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas
yang berkisar dari aktivitas akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus
mencatat dan memantau perkembangan siswa.
·
Aktivitas terjadi secara bersamaan, banyak
aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
·
Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi dengan cepat di
ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
·
Peristiwa sering kali tidak dapat diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas hari itu dan
sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
·
Hanya ada sedikit
privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana
siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa
yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang
siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang
terjadi.
·
Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya
di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan
sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa
lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun
ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen
kelas.
Sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan
masalah apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Masalah seperti ini
merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan
dianggap sebagai masalah yang paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan
financial (Gallup Poll, 2004).
Strategi dan
Tujuan Manajemen
Manajemen
kelas yang efektif bertujuan untuk:
·
Membantu siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku
yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan membantu memaksimalkan
waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
·
Mencegah siswa
mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan
baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu
mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola
dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan
menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan
termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus
diterima oleh siswa.
Gaya Penyusunan
Ruang Kelas
·
Gaya Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk
menghadap guru. Susunan ini mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan
guru bebas untuk bergerak kemana pun didalam ruangan.
·
Gaya berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa
duduk menghadap satu sama lain. Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi
daripada dalam gaya auditorium.
·
Gaya off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil
(biasanya tiga atau empat) duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan
secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit
gangguan daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas
belajar yang kooperatif.
·
Gaya seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar
(sepuluh atau lebih) duduk dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk
U.
·
Gaya kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah
kecil (biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang
berdekatan.
Menjadi
seorang komunikator yang baik
Komunikasi
Verbal
Ketika
berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang
harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan
berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi
merekomendasikan untuk mengganti pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu
untuk mengalihkan percakapan kea rah yang lebih konstruktif dengan
mengungkapkan perasaan tanpa menilai orang lain. Kemudian aspek lain dalam
komunikasi verbal melibatkan bagaimana orang-orang menghadapi konflik.
Komunikasi
Nonverbal
Selain dengan
berbicara, guru juga dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan,
melemparkan pandangan, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh
orang lain.
Menangani
Perilaku Bermasalah
Intervensi
bisa dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor
melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan,
mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan,
secara langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan
perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat
melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan,
mengasingkan atau memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
Kekerasan
adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk
tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan tenang
menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi
emosional.
Hasil
Observasi
Dalam observasi ini,
kami mengobservasi manajemen kelas di kelas 7C dan 8D. Jadi hasil dari
observasi kami memperoleh data sebagai berikut:
Mata pelajaran: Agama Islam
Kelas :
VII-C Unggulan
Pada pukul 08.25 siswa membaca doa
sebelum memulai pelajaran dan dilanjutkan dengan
membaca Surah-surah pendek Al-Quran
Kelas sebelumnya sudah dibentuk menjadi
6 kelompok dengan susunan masing- masing
kelompok sebanyak 5 siswa
kelompok sebanyak 6 siswa
kelompok sebanyak 4 siswa
kelompok sebanyak 5 siswa
kelompok sebanyak 4 siswa
kelompok sebanyak 5 siswa
Waktu (WIB)
|
Kegiatan Murid
|
Suasana Kelas
|
08.31
|
Murid ditanya tentang review pelajaran lalu, dan siswa menjawab
pertanyaan dengan antusias
|
|
08. 32
|
Ada 10 siswa-siswi yang
mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
|
|
08.34
|
Seorang siswa dari
kelompok3 ditanya, lalu menjawab namun semua siswa berusaha menimpali
jawabannya
|
|
08.36
|
Seorang siswa ditanya
karena ia melamun bernama Putri dari kelompok 5
|
|
08.37
|
Seorang siswa yang
ditanya pun maju lalu menjawab pertanyaan dengan lancar
|
|
08.38
|
Siswa Somalia dari kelompok 5 terlihat sedang memakan permen karet
|
|
08.41
|
Siswa dari kelompok 2 berdiri melihat ke jendela kelas dimana terlihat
lapangan basket
|
|
08.42
|
Siswa dari kelompok 2
menanyakan kepada guru tentang pelajaran.
Siswa di Kelompok 3 menjawab pertanyaan
|
|
08.43
|
Siswa Somalia dari kelompok 2 tertidur sesaat
|
|
08.44
|
Seorang siswa dari
kelompok 1 diminta guru membaca materi pelajaran untuk disimak seisi kelas
|
|
08.46
|
Siswa dari kelompok 6
melanjutkan membaca bergilir
|
|
08.47
|
Seorang siswa dari
kelompok 6 berpindah ke kelompok 1
|
|
08.48
|
Setiap kelompok diminta
guru membuat rangkuman pelajaran yang baru saja dipelajari dalam selembar
kertas
|
|
08.50
|
Siswa di kelompok 2
kembali melihat ke samping kiri kelas yaitu lapangan basket
|
|
08.54
|
Siswa Somalia di kelompok
5 terlihat sedang asyik menggambar
|
|
09.00
|
Kelompok TD terlihat
cukup tenang.
Kelompok 4 terlihat sibuk
berdiskusi, siswa Somalia di kelompok tersebut membantu kelompoknya
menyampaikan ide-idenya
|
|
09.05
|
Kelompok 3 diminta maju
oleh guru dan menjelaskan dengan lancar secara bergantian dengan membaca
hasil rangkuman materi mereka
|
|
09.06
|
Kelompok 3 salah dalam
menjelaskan salah satu bagian dari rangkuman mereka
|
|
09.08
|
Kelompok 4 bersemangat
ingin maju, namun kelompok 6 dipilih guru untuk maju
|
|
09.09
|
Seorang siswi dari
kelompok 5 memimpin kelompoknya menyampaikan kesimpulan. Siswa Somalia di
kelompok 5 masih tetap memakan permen dan asyik melihat gambar yang ia buat
di buku tulisnya dan tidak menggubris teman di sebelahnya yang berusaha
mengajaknya mengerjakan tugas rangkuman saat kelompok 5 menjelaskan
|
|
09.12
|
Seorang siswa bernama
Khairun ditanya guru tentang apa yang disampaikan oleh kelompok 5
|
|
09.13
|
Kelompok 2 maju
menjelaskan dimana terdapat siswa Somalia yang ikut menyampaikan dengan
lancar
|
|
09.15
|
Kelompok 6 diberi
pertanyaan oleh guru
|
|
09.18
|
Kelompok 1 diminta maju
menjelaskan dan terlihat lancar dan jelas ketika menyampaikan penjelasan
|
|
09.20
|
Salah satu siswa kelompok
5 pindah ke kursi dimana ditempati sebelumnya oleh kelompok 1 yang maju
|
|
09.21
|
Siswa kelompok 4
menanggapi
|
|
09.24
|
Kelompok lainnya ada yang
tertawa saat mendengar penjelasan kelompok 1 karena menganggap penjelasan
yang disampaikan kelompok 1 sama dengan apa yang disampaikan kelompoknya
|
|
09.30
|
Kelompok 2 menanggapi
kelompok 5
|
|
09.32
|
Guru menyampaikan tugas
hafalan berupa Surah-surah yang harus dihafal saat minggu depan
|
|
09.41
|
Kelas berakhir dengan
ditandai bel istirahat
|
Sebelum kelas dimulai, ibu guru memimpin atau memandu para murid
untuk mengawali pembelajaran dengan doa-doa yang diikuti oleh para murid. Ibu
guru mengawali pelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada para murid tentang
pelajaran sebelumnya. Ibu guru menanyakan pertanyaan kepada seorang murid dan menegur murid yang
tidak memberi kesempatan kepada temannya untuk menjawab. Ibu guru juga
memberikan kesempatan kepada para murid untuk menjawab pertanyaan di depan
kelas guna mengasah pengetahuan para murid. Ibu guru melakukan komunikasi aktif
dengan para murid dalam pembelajaran
di kelas. Ibu guru memberikan waktu kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan
mata pelajaran dan mempresentasikannya di depan kelas.
Waktu (WIB)
|
Kegiatan Murid
|
Suasana Kelas
|
09.00
|
Ibu guru memainkan hp nya sembari menunggu presentasi kelompok
|
|
09. 07
|
Ibu guru membenarkan
pengucapan awalan presentasi kelompok dan mengondusifkan kelas agar tetap
tenang dan menyimak presentasi kelompok lain
|
|
09.10
|
Ibu guru menanyakan
kepada kelompok lain tentang apa yang telah mereka simak dari kelompok yang
melakukan presentasi
|
|
09.14
|
Ibu guru meminta kelompok
6 dan kelompok yang lain untuk menanggapi kelompok yang presentasi
|
|
09.26
|
Ibu guru meminta para
murid untuk menghargai murid yang berbeda ras atau suku
|
|
09.30
|
Ibu guru menjelaskan
kembali atau merangkum presentasi dari para murid
|
|
09.37
|
Ibu guru meminta
penjelasan lagi dari yang ibu guru terangkan kepada murid yang tidak menyimak
dengan baik penjelasannya
|
|
09.39
|
Ibu guru memberikan tugas
untuk dibahas pada pertemuan minggu depan atau selanjutnya
|
Hasil observasi kelas VIII-D
Pukul 08.20 kelas dimulai dengan
pelajaran IPA, membahas tentang “Zat Adiktif dan Zat Aditif”. Jumlah siswa di
kelas VIII-D sebanyak 28 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 17 orang
perempuan.
Waktu (WIB)
|
Kegiatan Murid
|
Suasana Kelas
|
08.20
|
Murid cukup aktif menjawab saat guru bertanya.
Beberapa murid terutama pada barisan belakang tidak memperhatikan saat
guru menjelaskan.
|
Kelas cukup aktif, tetapi cenderung berisik.
|
08. 28
|
Seorang murid berjalan kearah bangku temannya untuk meminjam sesuatu.
|
Pembelajaran dikelas diselingi candaan dari para murid.
|
08.33
|
Beberapa murid mulai tidak memperhatikan guru dan bermain atau
mengobrol dengan temannya.
Seorang murid terlihat menopang dagu.
Murid di barisan kiri menyuruh teman yang duduk di belakangnya untuk
diam.
|
Tetap aktif dan berisik.
Beberapa murid mulai terlihat bosan.
|
08.38
|
Saat guru mulai menjelaskan pelajaran dengan serius murid-murid mulai
memperhatikan guru lagi.
|
Kelas kembali kondusif dan murid memperhatikan penjelasan dari guru.
|
08.45
|
Beberapa murid mulai mengobrol kembali.
Seorang murid di barisan sebelah kiri tiduran di mejanya.
|
Membahas materi dengan candaan.
|
08.50
|
Dua orang murid laki-laki di barisan depan mulai mengobrol.
Beberapa murid menunduk saat guru menerangkan terutama pada barisan
belakang.
|
Sebagian murid kehilangan minat mendengarkan guru.
|
08.55
|
Di saat murid-murid di instruksikan membaca buku, murid yang duduk
dibarisan kanan paling belakang tidak membaca bukunya.
Beberapa murid berbicara dengan temannya
|
Sebagian memperhatikan saat guru menjelaskan dan lebih banya murid
yang tidak memperhatikan.
|
09.00
|
Murid menjawab saat guru bertanya.
Banyak murid yang tiduran di meja
Murid perempuan barisan paling kiri bersandar ke bahu temannya.
|
Setengah dari kelas kehilangan perhatian pada pelajaran.
|
09.05
|
Mata pelajaran IPA berakhir.
|
Semua murid senang dan sangat berisik.
|
Pukul 09.08 kelas Matematika dimulai,
membahas tentang bangun ruang.
Waktu (WIB)
|
Kegiatan Murid
|
Suasana Kelas
|
09.08
|
Seorang murid berinisiatif menghapus papan tulis yang penuh dengan
tulisan.
Guru menulis di papan tulis diikuti oleh murid-murid yang juga
menyalinnya di buku catatan.
|
Suasana kelas cukup kondusif.
|
09.13
|
Seorang murid di barisan depan menguap.
Seorang murid bertanya kepada guru.
Beberapa anak mulai mengobrol.
|
Kelas mulai tidak kondusif tetapi masih dalam keadaan tenang.
|
09.15
|
Beberapa orang murid berjalan di kelas untuk meminjam penggaris dari
temannya.
Murid barisan belakang sebelah kiri berebut penggaris.
Beberapa murid mengobrol saat guru menulis/menggambar bangun ruang di
papan tulis.
|
Kelas mulai berisik.
|
09.18
|
Murid-murid memuji hasil gambar guru di papan tulis.
Murid perempuan di barisan depan menunjukkan cara menggambar prisma
pada teman yang duduk dibelakangnya.
|
Kelas tidak kondusif
|
09.20
|
Murid-murid mengobrol dengan suara keras saat guru masih menggambar di
papan tulis.
Beberapa murid kembali berjalan di kelas.
|
Suasana kelas berisik dan juga diselingi candaan.
|
09.26
|
Seorang murid berjalan ke depan kelas bertanya ke guru
Murid di barisan paling belakang berebut penggaris.
|
Suasana kelas berisik.
Murid-murid masih menggambar yang ada di papan tulis.
|
09.28
|
Beberapa murid bertanya pada guru mengenai hasil gambaran mereka.
Beberapa murid keluar izin keluar kelas untuk membeli penggaris.
|
Masih dengan suasana yang kurang kondusif.
|
09.31
|
Murid-murid dibantu guru dalam menggambar bangun ruang .
|
Kelas berisik dengan candaan para murid.
|
09.40
|
Mata pelajaran Matematika berakhir
|
Murid-muris senang dan kelas sangat berisik.
|
A.
Mata
Pelajaran Biologi (Ibu Dra. Elvi Indrawati Daulay)
PUKUL
(WIB)
|
KEGIATAN
GURU
|
8.20
|
Guru masuk
ke kelas.
Menyapa
seluruh siswa.
Menyuruh
siswa mengeluarkan literasi.
|
8.23
|
Guru
menanyakan materi minggu lalu (Zat Aditif & Zat Adiktif pada Makanan),
karena berkaitan dengan materi hari ini (melanjutkan materi yang belum
dibahas habis).
|
8.25
|
Guru
mendatangi murid yang ribut dan menanyakan apa yang mereka ributkan dengan
halus.
|
8.27
|
Guru
menjelaskan materi dan menuliskannya di papan tulis, dan aktif bertanya
kepada siswa mengenai materi yang dibawakan.
|
8.35
|
Guru duduk,
dan menyuruh siswa membacakan pengertian dari zat aditif dan zat adiktif.
Guru
menanyakan pengalaman siswa dalam mengonsumsi zat aditif (kopi, teh, dll).
Guru
menjelaskan sedikit tentang pubertas karena berkaitan dengan materi.
|
8.40
|
Guru
menegur halus salah satu siswa yang sedikit vulgar, dengan berkata “Semangat
pagi, pikiran harus positif).
|
8.47
|
Guru
menanyakan siswa yang pernah minum kopi.
Guru
menanyakan siswa yang pernah mencoba / sudah merokok.
Guru
berdiri, dan sambil berjalan menasehati siswanya yang pernah mencoba / sudah
merokok, dan yang belum mencoba / tidak merokok.
|
8.50
|
Ketika
suasana ribut, guru menyuruh siswa untuk memperhatikannya dengan cara yang
halus dengan berkata “Ayo kesini (menghadap ke guru dan tenang)”.
|
8.55
|
Guru menceritakan
tentang susahnya membuat / mencari rokok pada zaman dulu dan membandingkannya
dengan rokok sekarang (instan)
Guru
mengarahkan siswa untuk membuka halaman berikutnya, yang membahas tentang
kandungan berbahaya dalam rokok, dan menjelaskan bahaya rokok bagi tubuh
sambil berjalan.
|
9.05
|
Guru
menutup pelajaran hari ini dikarenakan pergantian les.
|
B.
Mata
Pelajaran Matematika (Bapak Bambang Hermanto, S.Pd)
PUKUL
(WIB)
|
KEGIATAN
GURU
|
9.05
|
Guru masuk
dan menyapa siswa.
Guru
menyebutkan materi hari ini adalah Prisma.
Guru
mengarahkan siswa yang remedial minggu lalu untuk duduk di depan.
|
9.10
|
Guru
menjelaskan pengertian prisma sambil berdiri, dan menuliskannya di papan
tulis.
|
9.13
|
Guru
mengabaikan siswa yang menguap dengan
keras dan beberapa siswa lainnya
yang mengeluhkan materi hari ini, sambil menggambarkan prisma.
Guru tetap
tenang menggambarkan prisma lainnya walaupun keadaan kelas kurang kondusif.
|
9.20
|
Guru
menyuruh siswa untuk menggambarkan prisma di papan tulis kedalam buku tulis,
dan memberi tantangan untuk menggambarkan salah satu prisma dengan bentuk
tegak, karena guru menggambarkannya di papan tulis dengan bentuk seperti
berbaring / tidak tegak.
Guru
mempersilahkan siswa yang izin keluar untuk membeli penggaris di kantin.
|
9.25
|
Guru duduk,
dan menjelaskan cara menggambar prisma dengan baik.
Guru
bercanda dengan observer dan siswa (meminta untuk merekam hasil gambarnya di
papan tulis, dan dimasukkan ke YouTube).
Guru tidak
melakukan upaya apapun untuk mengkondusifkan kelas.
|
9.30
|
Salah satu
siswa datang menemuinya untuk diminta kritik atas gambarnya.
Guru
memuji hasil gambar siswa, kemudian guru berdiri dan berkeliling sambil
berkata “Gambar yang tidak sejajar akan disalahkan”.
Guru
mengecek sambil berjalan, dan mengkritik hasil gambar siswa untuk diperbaiki.
Guru
membantu siswa yang kesulitan dalam menggambar prisma.
|
9.40
|
Guru
kembali duduk, seperti ingin istirahat sambil memeriksa hasil kerja siswa
minggu lalu.
Guru hanya
aktif berinteraksi dengan siswa apabila siswa tersebut datang ke mejanya
karena mengalami kesulitan.
|
9.55
|
Guru
mengizinkan siswa untuk keluar kelas karena sudah waktunya istirahat.
|
III.
Kesimpulan
Kami
menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang dilakukan guru cukup baik sehingga
murid menjadi aktif dikelas dengan berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, mandiri, menunjukkan penghargaan diri yang tinggi, dan
hangat dengan saling meminjamkan alat-alat tulis yang diperlukan kepada
teman-temannya.
Testimonial
Observasi yang kami lakukan di SMP Dharma Pancasila merupakan pengalaman
pertama saya dalam mengobservasi dan terjun langsung ke dalam kelas untuk
melihat situasi atau manajemen kelas. Pada
saat observasi, saya melihat proses pembelajaran dari siswa-siswi dan
penerangan yang dilakukan oleh ibu guru di
kelas VIIIC yang berjalan dengan baik dan siswa-siswi di kelas tersebut aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Manfaat dari
kegiatan observasi pada mata kuliah Psikologi Pendidikan ini tentu berguna bagi
saya di masa depan agar dapat memahami keadaan dan perkembangan pendidikan yang
ada di sekitar saya.
bagi saya observasi
kali ini punya banyak pembelajaran yang bisa di petik. misalnya, belajar
toleransi antar etnis, maupun antar teman. melalui observasi ini saya juga
belajar untuk berfikir lebih kritis, karena dalam sebuah observasi kita
dituntut untuk menganalisis keadaan. observasi-observasi seperti ini sangat
bermanfaat menurut saya.
Saya
merasa tugas observasi ini cukup bermanfaat dalam menambah pengalaman saya.
Dikarenakan kami dituntut langsung untuk terjun kelapangan untuk mengamati
manajemen kelas. Saya merasa tugas observasi ini sangat berkesan dan membantu
saya mengenal sesuatu yang baru yang tidak pernah saya pelajari sebelumnya. Ini
merupakan sebuah pengalaman yang baru dan menyenangkan untuk saya. Dengan
melakukan tugas observasi ini saya jadi bisa melihat bagaimana cara guru
menarik perhatian muridnya untuk memperhatikan pelajaran, bagaimana murid-murid
memperhatikan guru disaat guru sedang menerangkan pelajaran dan bagaimana suasa
kelas ketika guru sedang menjelaskan.
Menurut saya, observasi ini sangat bermanfaat, dengan observasi ini kita
bisa melihat bahwa apa yang kita pelajari pada mata kuliah Psikologi Pendidikan
benar adanya. Dengan observasi ini kita terbantu untuk mengingat materi yang
sudah kita pelajari.
Menurut saya melakukan observasi ini sangat
menyenangkan, dengan melakukan observasi ini saya mendapatkan pengalaman baru
yang sangat menyenangkan.
·
Adelya Tamara Simatupang (161301148)
Ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengikuti observasi. Disini
kami langsung ke tempat penelitian untuk meneliti managemen kelas. Tugas ini
bermanfaat sekali, dan disini saya juga sadar bahwa setiap guru memiliki cara
masing-masing dalam memberikan materi dan menghadapi murid-murid yang mereka
ajar.
·
JinanMunawar (161301152) Selama
saya mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas VII-C ada banyak hal yang
saya dapat saya amati. Seperti di kelas tersebut terdapat terdapat 4 siswa asal
Somalia dari total hadir 29 orang, ada
begitu banyak perilaku masing-masing murid, seperti seorang siswa Somalia yang
serius membaca Al-Quran, ada siswa yang sibuk menggambar ketika guru
menerangkan, siswa yang antusias bertanya dan menjawab pertanyaan yang
dilontarkan guru, saya merasa keals ini memiliki minat belajar yang tinggi
dinilai dari berbagai kriteria seperti jumlah murid yang hadir, jumlah murid
yang aktif bertanya, jumlah murid yang aktif menjawab pertanyaan dari guru,
jumlah siswa yang aktif menanggapi murid dari kelompok lain ketika mereka
menjelaskan tugas ringkasan yang diminta guru.
DAFTAR PUSTAKA
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Chapter 13 Motivasi, Pengajaran,
Pembelajaran, 2004.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)
Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)
Pendidikan; Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat Putus sekolah hingga kin...
-
let's save our earth ! Mari Bersyukur dan Mari Perduli Pada umunya kita tentu punya tempat tinggal. Entah itu rumah, apa...
-
Perkenalan Hai.!!! Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Nah, blog saya ini merupakan tugas mata kuliah aplikasi komputer ...
-
Bahwa Kebaikan Adalah Musafir yang Tak Pernah Berkhianat (Setiap Konribusi Pada Kebaikan Adalah Bakti Untuk Negeri) Menjadi peneri...