Minggu, 02 Juli 2017

     Testimoni(2) Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

   Ada banyak hal baru yang saya pelajari selama mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan. misalnya saja tentang bagaimana konsep remedial yang sebenarnya which is jauh banget dari persepsi saya selama ini. selain itu, saya merasa mata kuliah inu sangat penting. terutama bagi kikta yang berniat berkecimpung dalam dunia kependidikan.

   over all, mata kuliah ini sangat bermanfaat dan menarik bagi saya. ^^



                                     Bimbingan Konseling


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.

Pengertian Bimbingan
a)      Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
a.     menunjukkan jalan (showing the way),
b.     memimpin (leading)
c.       memberikan petunjuk (giving instruction),
d.      mengatur (regulating),
e.      mengarahkan (governing), dan
f.        memberi nasihat (giving advice).

b)      Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a.     Miller (1961), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b.     Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c.      Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d.     Djumhur dan M. Surya  memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti :  bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1)      Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

2)      Pengertian Konseling Secara Terminologi
a.     Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
b.     James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.
c.      Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
d.     Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e.      Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f.       Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
g.     Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah  kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

B.   TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1.      Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2.      Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.      Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4.      Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5.      Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.

Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).

C. ARAH PELAYANAN BK
a.      Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b.      Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.

c.       Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.

d.      Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.    

e.       Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.



Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.html

          LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN



Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.

Strategi Umum

Meliputi penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif.

·                                  Menggunakan Gaya Otoritatif

Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Sedangkan gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restruktif dan punitif. Fokusnya pada ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru bersikap otoriter dan murid cenderung pasif, tidak mau berbuat inisiatif aktivitas, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Muridnya cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

·                                 Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif

Manajer kelas yang efektif mampu memahami aspek-aspek berikut :
ü  Memonitor perkembangan murid dan menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
ü  Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
ü  Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
ü  Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang

Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
·       
                                    Membedakan Aturan dan Prosedur

Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan berfokus pada ekspektasi umum  atau spesifik atau standar perilaku. Prosedur atau routines, berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, prosedur mungkin berubah karena rutinitas dan aktivitas di kelas juga bisa berubah.

·                                  Mengajarkan Aturan dan Prosedur

Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan  akan mendorong mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentu aturan dan makna dari aturan. Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat menyusun aturan dan prosedur di kelas (Weinstein, 1997) :
1.       Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2.       Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3.  Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4.      Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.

Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
              
Ada tiga strategi agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu : menjalin hubungan positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi, dan mengemban tanggung jawab dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat.
·        
                                    Menjalin Hubungan Positif dengan Murid

Sebuah studi menemukan bahwa, selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, juga menunjukkan perhatian pada murid. Perhatian ini menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil.
Child Development Project (CDP) adalah program SD dimana guru dan administrator membangun hubungan yang suportif dengan murid dan mendorong murid untuk mengembangkan hubungan yang hangat satu sama lain. Evaluasi riset atas CDP di sejumlah sekolah di berbagai menunjukkan bahwa murid yang berpartisipasi dalam proyek tersebut lebih kooperatif, punya pemahaman sosial yang lebih baik, punya keahlian memecahkan konflik yang lebih baik dari pada yag tidak mengikuti program tersebut.

·                                     Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab

                 Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid dalam membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu.

·                                    Beri Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat

                 Berikut ini beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas.
a.      Memilih penguat yang efektif.
b.      Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c.       Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku mereka.


Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia

            Tes Standar


Apa Itu Tes Standar ?

Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.
Tes berbasis standar (standards-based test), yaitu tes yang menilai kemampuan/keahlian yang diharuskan dipunyai murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya.
Tes berisiko tinggi (high-stakes testing) adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus.
Perbedaan dengan tes standar dengan tes yang dibuat guru :
1.      Tes buatan guru berfokus pada tujuan instruksional untuk kelas tertentu. Tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan disetiap kelas.
2.      Banyak tes standar yang memiliki aturan umum dan kebanyakan telah dievaluasi validitas dan reliabilitasnya.

Tujuan Tes Standar

1.      Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2.      Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3.      Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
4.      Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5.      Membantu administrator mengevaluasi program
6.      Memberikan akuntabilitas

Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar

·         Norma

Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group)  yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norms) apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional. Selain norma nasional, tes standar juga dapat mengandung norma kelompok spesial dan norma lokal. Jadi, evaluasi kinerja tes murid mungkin akan berbeda-beda tergantung kepada norma kelompok yang dipakai.

·         Validitas

Validitas yaitu sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik tes itu sendiri, ada tiga tipe validitas :
-         Validitas isi : kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sampel) isi yang hendak diukur.
-         Validitas kriteria : kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. Concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
-         Validitas konstruk (construct validity) : sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti inteligensi (kecerdasan), gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.

·         Reliabilitas

Yaitu sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara antara lain :
-         Test-retest reliability, adalah sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda.
-         Alternative-forms reliability  ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya.
-         Split-half reliability adalah reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil. Nilai pada dua set item itu dibandingkan guna menentukan seberapa konsistenkah kinerja murid di kedua set itu.

Reliabilitas dipengaruhi oleh sejumlah kesalahan dalam pengukuran. Murid mungkin memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai namun tidak bisa konsisten dalam mengerjakan beberapa tes karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kesehatan, motivasi, dan kecemasan. Faktor eksternalnya antara lain petunjuk soal yang tidak memadai, soal yang kabur, sampel informasi yang buruk, dan penilaian yang tidak efisien. Ketika murid meraih hasil yang tidak konsisten pada tes yang sama, periksalah dengan cermat faktor-faktor internal dan eksternal yang mungkin menimbulkan ketidakkonsistenan ini.
Validitas dan reliabilitas saling terkait. Sebuah tes yang valid itu reliabel, tetapi sebuah tes yang reliabel tidak selalu valid.

·         Keadilan

Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis,  atau faktor subjektif seperti bias penilai.



Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia
 

 Bimbingan Konseling


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Pengertian Bimbingan
a)      Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
a.     menunjukkan jalan (showing the way),
b.     memimpin (leading)
c.       memberikan petunjuk (giving instruction),
d.      mengatur (regulating),
e.      mengarahkan (governing), dan
f.        memberi nasihat (giving advice).
b)      Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a.     Miller (1961), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b.     Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c.      Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d.     Djumhur dan M. Surya  memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti :  bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1)      Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
2)      Pengertian Konseling Secara Terminologi
a.     Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
b.     James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.
c.      Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
d.     Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e.      Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f.       Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
g.     Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah  kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B.   TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1.      Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2.      Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.      Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4.      Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5.      Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
C. ARAH PELAYANAN BK
a.      Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b.      Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c.       Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
d.      Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.     
e.       Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.htmls

Minggu, 09 April 2017

Laporan Hasil Observasi

Topik
Manajemen Kelas pada Siswa SMP
Judul
Manajemen Kelas pada Siswa SMP Dharma Pancasila

I.        Pendahuluan
Dalam lingkaran pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorangpun yang memperhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi ruwet. Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi kacau dan tidak menarik sebagai tempat belajar.
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Evertson, Emmer, & Whorsham, 2003). Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan hawa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untu mengkontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy, dkk., 2001).
Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter, 2002). Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid (Freidberg, 1999). Secara historis, dalam manajemen kelas guru dianggap sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajaran, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002). Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada model permisif. Penekanan pada perahatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi dikelas (Emmer & Stough, 2001).

1.  Rumusan Masalah
a.    Apakah manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
b.     Bagaimana kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
c.     Apakah gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar para Siswa?
2.  Tujuan
a.    Untuk mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif.
b.    Untuk mengetahui kondisi ruang kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
c.     Untuk mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMP Dharma Pancasila.
3.  Manfaat
a.    Menambah wawasan akan manajemen kelas.
b.    Memberikan pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMP Dharma Pancasila.

Alat dan Bahan
1.     Alat tulis (kertas dan pulpen).
2.    Kamera Hp.
3.    Reward (berupa pulpen).

Subjek penelitian
3 orang guru, 29 orang murid kelas 7C dan 28 orang murid kelas 8D. 

II.      Analisis Data
Metode yang kami gunakan dalam menyelesaikan oservasi pendidikan terhadap manajemen kelas adalah sebagai berikut:
Metode Pengamatan
Metode yang kami gunakan adalah dengan mengamati bagaimana cara guru menjelaskan pelajaran dan menjaga agar murid-murid tetap memperhatikan penjelasan dan mengamati bagaimana cara belajar murid kelas 7C dan 8D.

Kalkulasi Biaya
Reward (3 kotak pulpen)     = Rp 30.000,-
Transportasi                         = Rp 16.000,-
   Total                                 = Rp 46.000,-

Profil Sekolah
Sekolah : SMP SWASTA DHARMA PANCASILA
Nomor Statistik Sekolah : 204076007363
NPSN : 10210063
Tahun Berdiri : 1987
Status Akreditasi : Terakreditasi A
Alamat Sekolah : Jl. Dr. T. Mansyur No.71.A Medan
Kecamatan : Medan Selayang
Kota : Medan
Propinsi : Sumatera Utara
Izin Operasional : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Nomor : 420 / 134I0/ Pr / 05 Tgl, 26 Desember 2005 I.
Sarana dan Prasarana:
1.Ruang Belajar: kelas VII: 3 kelas, VIII : 4 ruang kelas, IX: 4 ruang kelas.
2.LaboratoriumBiologi:1 ruang Fisika:1 ruang Kimia:1 ruang
3.Perpustakaan:1 ruang
4.Ruang Komputer:1 ruang ; 20 Unit Komputer
5.Ruang BP/BK:1 ruang
6.Ruang Media Pembelajaran:1 ruang ; TV 29 inc, 1 Unit, CD Pemb. Sem.1 dan 2
7.Ruang Mushalla:1 ruang
8.Ruang Agama Kristen:1 ruang
9.Ruang Ka. Sekolah:1 ruang
10.Ruang Waka. Sekolah:1 ruang
11. Ruang Guru:1 ruang
12.Ruang Tata Usaha:1 ruang
13.Ruang Pramuka:1 ruang
14.Ruang WC siswa:6 ruang
15.Ruang WC Guru/Pegawai:2 ruang
16.Ruang WC Ka. Sekolah:1 ruang
17.Ruang Komputer TU:1 ruang
18. Ruang Dapur:1 ruang
19.Kanteen Sekolah:2 buah
20.Komputer yang ada:24 Unit
21. Tape recorder/In Focus/screen, sound system lengkap. Loud speaker lapangan untuk pengumuman dan Upacara Nasional. Loud speaker di seluruh ruang kelas siswa.
Tenaga Pengajar:
Guru PNS DPK:3 Orang (S.1)
Guru Honor: 21 Orang (S.1)
Tenaga Administrasi :
Honorer:8 Orang
Scurity:
PNS Pempropsu:1 Orang
Kepala Sekolah:
S U W I T O, S.Pd
Pembina
NIP. 19640929 198803 1 007

LANDASAN TEORI
 Mengelola Kelas Secara Efektif
           Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, koordinator, dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam kelas.
 Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
·         Ruang kelas itu multidimensional, ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
·          Aktivitas terjadi secara bersamaan, banyak aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
·         Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
·         Peristiwa sering kali tidak dapat diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
·         Hanya ada sedikit privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
·         Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas. 
         Sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
Strategi dan Tujuan Manajemen
            Manajemen kelas yang efektif bertujuan untuk:
·         Membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
·         Mencegah siswa mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa.
Gaya Penyusunan Ruang Kelas
·         Gaya Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak kemana pun didalam ruangan.
·         Gaya berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain. Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
·         Gaya off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
·         Gaya seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
·         Gaya kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
               Menjadi seorang komunikator yang baik
 Komunikasi Verbal    
 Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana orang-orang menghadapi konflik.

Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.

Menangani Perilaku Bermasalah
           Intervensi bisa dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
      Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi emosional.

Hasil Observasi
Dalam observasi ini, kami mengobservasi manajemen kelas di kelas 7C dan 8D. Jadi hasil dari observasi kami memperoleh data sebagai berikut:
Mata pelajaran: Agama Islam
Kelas           : VII-C Unggulan

Pada pukul 08.25 siswa membaca doa sebelum memulai pelajaran dan dilanjutkan dengan membaca Surah-surah pendek Al-Quran
Kelas sebelumnya sudah dibentuk menjadi 6 kelompok dengan susunan masing- masing
kelompok sebanyak 5 siswa
kelompok  sebanyak 6 siswa
kelompok sebanyak 4 siswa
kelompok  sebanyak 5 siswa
kelompok  sebanyak 4 siswa
kelompok   sebanyak 5 siswa
total siswa kelas VII- C SMP Dharma Pancasila sebanyak 29 siswa



Waktu (WIB)
Kegiatan Murid
Suasana Kelas
08.31
Murid ditanya tentang review pelajaran lalu, dan siswa menjawab pertanyaan dengan antusias

08. 32
Ada 10 siswa-siswi yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru


08.34
Seorang siswa dari kelompok3 ditanya, lalu menjawab namun semua siswa berusaha menimpali jawabannya


08.36
Seorang siswa ditanya karena ia melamun bernama Putri dari kelompok 5


08.37
Seorang siswa yang ditanya pun maju lalu menjawab pertanyaan dengan lancar


08.38
Siswa Somalia dari kelompok 5 terlihat sedang memakan permen karet

08.41
Siswa dari kelompok 2 berdiri melihat ke jendela kelas dimana terlihat lapangan basket

08.42
Siswa dari kelompok 2 menanyakan kepada guru tentang pelajaran.
Siswa di Kelompok 3 menjawab pertanyaan

08.43
Siswa Somalia dari kelompok 2 tertidur sesaat

08.44
Seorang siswa dari kelompok 1 diminta guru membaca materi pelajaran untuk disimak seisi kelas

08.46
Siswa dari kelompok 6 melanjutkan membaca bergilir

08.47
Seorang siswa dari kelompok 6 berpindah ke kelompok 1

08.48
Setiap kelompok diminta guru membuat rangkuman pelajaran yang baru saja dipelajari dalam selembar kertas

08.50
Siswa di kelompok 2 kembali melihat ke samping kiri kelas yaitu lapangan basket

08.54
Siswa Somalia di kelompok 5 terlihat sedang asyik menggambar

09.00
Kelompok TD terlihat cukup tenang.
Kelompok 4 terlihat sibuk berdiskusi, siswa Somalia di kelompok tersebut membantu kelompoknya menyampaikan ide-idenya

09.05
Kelompok 3 diminta maju oleh guru dan menjelaskan dengan lancar secara bergantian dengan membaca hasil rangkuman materi mereka

09.06
Kelompok 3 salah dalam menjelaskan salah satu bagian dari rangkuman mereka

09.08
Kelompok 4 bersemangat ingin maju, namun kelompok 6 dipilih guru untuk maju

09.09
Seorang siswi dari kelompok 5 memimpin kelompoknya menyampaikan kesimpulan. Siswa Somalia di kelompok 5 masih tetap memakan permen dan asyik melihat gambar yang ia buat di buku tulisnya dan tidak menggubris teman di sebelahnya yang berusaha mengajaknya mengerjakan tugas rangkuman saat kelompok 5 menjelaskan

09.12
Seorang siswa bernama Khairun ditanya guru tentang apa yang disampaikan oleh kelompok 5

09.13
Kelompok 2 maju menjelaskan dimana terdapat siswa Somalia yang ikut menyampaikan dengan lancar

09.15
Kelompok 6 diberi pertanyaan oleh guru

09.18
Kelompok 1 diminta maju menjelaskan dan terlihat lancar dan jelas ketika menyampaikan penjelasan

09.20
Salah satu siswa kelompok 5 pindah ke kursi dimana ditempati sebelumnya oleh kelompok 1 yang maju

09.21
Siswa kelompok 4 menanggapi

09.24
Kelompok lainnya ada yang tertawa saat mendengar penjelasan kelompok 1 karena menganggap penjelasan yang disampaikan kelompok 1 sama dengan apa yang disampaikan kelompoknya

09.30
Kelompok 2 menanggapi kelompok 5

09.32
Guru menyampaikan tugas hafalan berupa Surah-surah yang harus dihafal saat minggu depan

09.41
Kelas berakhir dengan ditandai bel istirahat


Laporan observasi guru
Sebelum kelas dimulai, ibu guru memimpin atau memandu para murid untuk mengawali pembelajaran dengan doa-doa yang diikuti oleh para murid. Ibu guru mengawali pelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada para murid tentang pelajaran sebelumnya. Ibu guru menanyakan pertanyaan kepada seorang murid dan menegur murid yang tidak memberi kesempatan kepada temannya untuk menjawab. Ibu guru juga memberikan kesempatan kepada para murid untuk menjawab pertanyaan di depan kelas guna mengasah pengetahuan para murid. Ibu guru melakukan komunikasi aktif dengan para murid dalam pembelajaran di kelas. Ibu guru memberikan waktu kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan mata pelajaran dan mempresentasikannya di depan kelas.
Waktu (WIB)
Kegiatan Murid
Suasana Kelas
09.00
Ibu guru memainkan hp nya sembari menunggu presentasi kelompok

09. 07
Ibu guru membenarkan pengucapan awalan presentasi kelompok dan mengondusifkan kelas agar tetap tenang dan menyimak presentasi kelompok lain

09.10
Ibu guru menanyakan kepada kelompok lain tentang apa yang telah mereka simak dari kelompok yang melakukan presentasi


09.14
Ibu guru meminta kelompok 6 dan kelompok yang lain untuk menanggapi kelompok yang presentasi

09.26
Ibu guru meminta para murid untuk menghargai murid yang berbeda ras atau suku

09.30
Ibu guru menjelaskan kembali atau merangkum presentasi dari para murid

09.37
Ibu guru meminta penjelasan lagi dari yang ibu guru terangkan kepada murid yang tidak menyimak dengan baik penjelasannya

09.39
Ibu guru memberikan tugas untuk dibahas pada pertemuan minggu depan atau selanjutnya


Hasil observasi kelas VIII-D
Pukul 08.20 kelas dimulai dengan pelajaran IPA, membahas tentang “Zat Adiktif dan Zat Aditif”. Jumlah siswa di kelas VIII-D sebanyak 28 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.



Waktu (WIB)
Kegiatan Murid
Suasana Kelas
08.20
Murid cukup aktif menjawab saat guru bertanya.
Beberapa murid terutama pada barisan belakang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan.
Kelas cukup aktif, tetapi cenderung berisik.
08. 28
Seorang murid berjalan kearah bangku temannya untuk meminjam sesuatu.
Pembelajaran dikelas diselingi candaan dari para murid.
08.33
Beberapa murid mulai tidak memperhatikan guru dan bermain atau mengobrol dengan temannya.
Seorang murid terlihat menopang dagu.
Murid di barisan kiri menyuruh teman yang duduk di belakangnya untuk diam.
Tetap aktif dan berisik.
Beberapa murid mulai terlihat bosan.
08.38
Saat guru mulai menjelaskan pelajaran dengan serius murid-murid mulai memperhatikan guru lagi.
Kelas kembali kondusif dan murid memperhatikan penjelasan dari guru.
08.45
Beberapa murid mulai mengobrol kembali.
Seorang murid di barisan sebelah kiri tiduran di mejanya.
Membahas materi dengan candaan.
08.50
Dua orang murid laki-laki di barisan depan mulai mengobrol.
Beberapa murid menunduk saat guru menerangkan terutama pada barisan belakang.
Sebagian murid kehilangan minat mendengarkan guru.
08.55
Di saat murid-murid di instruksikan membaca buku, murid yang duduk dibarisan kanan paling belakang tidak membaca bukunya.
Beberapa murid berbicara dengan temannya
Sebagian memperhatikan saat guru menjelaskan dan lebih banya murid yang tidak memperhatikan.
09.00
Murid menjawab saat guru bertanya.
Banyak murid yang tiduran di meja
Murid perempuan barisan paling kiri bersandar ke bahu temannya.
Setengah dari kelas kehilangan perhatian pada pelajaran.
09.05
Mata pelajaran IPA berakhir.
Semua murid senang dan sangat berisik.


Pukul 09.08 kelas Matematika dimulai, membahas tentang bangun ruang.
Waktu (WIB)
Kegiatan Murid
Suasana Kelas
09.08
Seorang murid berinisiatif menghapus papan tulis yang penuh dengan tulisan.
Guru menulis di papan tulis diikuti oleh murid-murid yang juga menyalinnya di buku catatan.
Suasana kelas cukup kondusif.
09.13
Seorang murid di barisan depan menguap.
Seorang murid bertanya kepada guru.
Beberapa anak mulai mengobrol.
Kelas mulai tidak kondusif tetapi masih dalam keadaan tenang.
09.15
Beberapa orang murid berjalan di kelas untuk meminjam penggaris dari temannya.
Murid barisan belakang sebelah kiri berebut penggaris.
Beberapa murid mengobrol saat guru menulis/menggambar bangun ruang di papan tulis.
Kelas mulai berisik.
09.18
Murid-murid memuji hasil gambar guru di papan tulis.
Murid perempuan di barisan depan menunjukkan cara menggambar prisma pada teman yang duduk dibelakangnya.
Kelas tidak kondusif
09.20
Murid-murid mengobrol dengan suara keras saat guru masih menggambar di papan tulis.
Beberapa murid kembali berjalan di kelas.
Suasana kelas berisik dan juga diselingi candaan.
09.26
Seorang murid berjalan ke depan kelas bertanya ke guru
Murid di barisan paling belakang berebut penggaris.
Suasana kelas berisik.
Murid-murid masih menggambar yang ada di papan tulis.
09.28
Beberapa murid bertanya pada guru mengenai hasil gambaran mereka.
Beberapa murid keluar izin keluar kelas untuk membeli penggaris.
Masih dengan suasana yang kurang kondusif.
09.31
Murid-murid dibantu guru dalam menggambar bangun ruang .
Kelas berisik dengan candaan para murid.
09.40
Mata pelajaran Matematika berakhir
Murid-muris senang dan kelas sangat berisik.

A.   Mata Pelajaran Biologi (Ibu Dra. Elvi Indrawati Daulay)
PUKUL (WIB)
KEGIATAN GURU

8.20
Guru masuk ke kelas.
Menyapa seluruh siswa.
Menyuruh siswa mengeluarkan literasi.

8.23
Guru menanyakan materi minggu lalu (Zat Aditif & Zat Adiktif pada Makanan), karena berkaitan dengan materi hari ini (melanjutkan materi yang belum dibahas habis).
8.25
Guru mendatangi murid yang ribut dan menanyakan apa yang mereka ributkan dengan halus.
8.27
Guru menjelaskan materi dan menuliskannya di papan tulis, dan aktif bertanya kepada siswa mengenai materi yang dibawakan.


8.35
Guru duduk, dan menyuruh siswa membacakan pengertian dari zat aditif dan zat adiktif.
Guru menanyakan pengalaman siswa dalam mengonsumsi zat aditif (kopi, teh, dll).
Guru menjelaskan sedikit tentang pubertas karena berkaitan dengan materi.
8.40
Guru menegur halus salah satu siswa yang sedikit vulgar, dengan berkata “Semangat pagi, pikiran harus positif).

8.47
Guru menanyakan siswa yang pernah minum kopi.
Guru menanyakan siswa yang pernah mencoba / sudah merokok.
Guru berdiri, dan sambil berjalan menasehati siswanya yang pernah mencoba / sudah merokok, dan yang belum mencoba / tidak merokok.

8.50
Ketika suasana ribut, guru menyuruh siswa untuk memperhatikannya dengan cara yang halus dengan berkata “Ayo kesini (menghadap ke guru dan tenang)”.


8.55
Guru menceritakan tentang susahnya membuat / mencari rokok pada zaman dulu dan membandingkannya dengan rokok sekarang (instan)
Guru mengarahkan siswa untuk membuka halaman berikutnya, yang membahas tentang kandungan berbahaya dalam rokok, dan menjelaskan bahaya rokok bagi tubuh sambil berjalan.
9.05
Guru menutup pelajaran hari ini dikarenakan pergantian les.

B.    Mata Pelajaran Matematika (Bapak Bambang Hermanto, S.Pd)
PUKUL (WIB)
KEGIATAN GURU

9.05
Guru masuk dan menyapa siswa.
Guru menyebutkan materi hari ini adalah Prisma.
Guru mengarahkan siswa yang remedial minggu lalu untuk duduk di depan.
9.10
Guru menjelaskan pengertian prisma sambil berdiri, dan menuliskannya di papan tulis.


9.13
Guru mengabaikan siswa yang menguap dengan  keras  dan beberapa siswa lainnya yang mengeluhkan materi hari ini, sambil menggambarkan prisma.
Guru tetap tenang menggambarkan prisma lainnya walaupun keadaan kelas kurang kondusif.


9.20
Guru menyuruh siswa untuk menggambarkan prisma di papan tulis kedalam buku tulis, dan memberi tantangan untuk menggambarkan salah satu prisma dengan bentuk tegak, karena guru menggambarkannya di papan tulis dengan bentuk seperti berbaring / tidak tegak.
Guru mempersilahkan siswa yang izin keluar untuk membeli penggaris di kantin.

9.25
Guru duduk, dan menjelaskan cara menggambar prisma dengan baik.
Guru bercanda dengan observer dan siswa (meminta untuk merekam hasil gambarnya di papan tulis, dan dimasukkan ke YouTube).
Guru tidak melakukan upaya apapun untuk mengkondusifkan kelas.



9.30
Salah satu siswa datang menemuinya untuk diminta kritik atas gambarnya.
Guru memuji hasil gambar siswa, kemudian guru berdiri dan berkeliling sambil berkata “Gambar yang tidak sejajar akan disalahkan”.
Guru mengecek sambil berjalan, dan mengkritik hasil gambar siswa untuk diperbaiki.
Guru membantu siswa yang kesulitan dalam menggambar prisma.

9.40
Guru kembali duduk, seperti ingin istirahat sambil memeriksa hasil kerja siswa minggu lalu.
Guru hanya aktif berinteraksi dengan siswa apabila siswa tersebut datang ke mejanya karena mengalami kesulitan.
9.55
Guru mengizinkan siswa untuk keluar kelas karena sudah waktunya istirahat.

III.    Kesimpulan
Kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang dilakukan guru cukup baik sehingga murid menjadi aktif dikelas dengan berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, mandiri, menunjukkan penghargaan diri yang tinggi, dan hangat dengan saling meminjamkan alat-alat tulis yang diperlukan kepada teman-temannya.
Testimonial
Observasi yang kami lakukan di SMP Dharma Pancasila merupakan pengalaman pertama saya dalam mengobservasi dan terjun langsung ke dalam kelas untuk melihat situasi atau manajemen kelas. Pada saat observasi, saya melihat proses pembelajaran dari siswa-siswi dan penerangan yang dilakukan oleh ibu guru di kelas VIIIC yang berjalan dengan baik dan siswa-siswi di kelas tersebut aktif dalam mengikuti pembelajaran. Manfaat dari kegiatan observasi pada mata kuliah Psikologi Pendidikan ini tentu berguna bagi saya di masa depan agar dapat memahami keadaan dan perkembangan pendidikan yang ada di sekitar saya.

·         PutriDesifa P.R (161301108)
bagi saya observasi kali ini punya banyak pembelajaran yang bisa di petik. misalnya, belajar toleransi antar etnis, maupun antar teman. melalui observasi ini saya juga belajar untuk berfikir lebih kritis, karena dalam sebuah observasi kita dituntut untuk menganalisis keadaan. observasi-observasi seperti ini sangat bermanfaat menurut saya.

Saya merasa tugas observasi ini cukup bermanfaat dalam menambah pengalaman saya. Dikarenakan kami dituntut langsung untuk terjun kelapangan untuk mengamati manajemen kelas. Saya merasa tugas observasi ini sangat berkesan dan membantu saya mengenal sesuatu yang baru yang tidak pernah saya pelajari sebelumnya. Ini merupakan sebuah pengalaman yang baru dan menyenangkan untuk saya. Dengan melakukan tugas observasi ini saya jadi bisa melihat bagaimana cara guru menarik perhatian muridnya untuk memperhatikan pelajaran, bagaimana murid-murid memperhatikan guru disaat guru sedang menerangkan pelajaran dan bagaimana suasa kelas ketika guru sedang menjelaskan.

Menurut saya, observasi ini sangat bermanfaat, dengan observasi ini kita bisa melihat bahwa apa yang kita pelajari pada mata kuliah Psikologi Pendidikan benar adanya. Dengan observasi ini kita terbantu untuk mengingat materi yang sudah kita pelajari.

·         AdindaLailan (161301135)
Menurut saya melakukan observasi ini sangat menyenangkan, dengan melakukan observasi ini saya mendapatkan pengalaman baru yang sangat menyenangkan.

·         Adelya Tamara Simatupang (161301148)
Ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengikuti observasi. Disini kami langsung ke tempat penelitian untuk meneliti managemen kelas. Tugas ini bermanfaat sekali, dan disini saya juga sadar bahwa setiap guru memiliki cara masing-masing dalam memberikan materi dan menghadapi murid-murid yang mereka ajar.

·         JinanMunawar (161301152)                                                                          Selama saya mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas VII-C ada banyak hal yang saya dapat saya amati. Seperti di kelas tersebut terdapat terdapat 4 siswa asal Somalia dari total hadir 29 orang,  ada begitu banyak perilaku masing-masing murid, seperti seorang siswa Somalia yang serius membaca Al-Quran, ada siswa yang sibuk menggambar ketika guru menerangkan, siswa yang antusias bertanya dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru, saya merasa keals ini memiliki minat belajar yang tinggi dinilai dari berbagai kriteria seperti jumlah murid yang hadir, jumlah murid yang aktif bertanya, jumlah murid yang aktif menjawab pertanyaan dari guru, jumlah siswa yang aktif menanggapi murid dari kelompok lain ketika mereka menjelaskan tugas ringkasan yang diminta guru.


DAFTAR PUSTAKA
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Chapter 13 Motivasi, Pengajaran, Pembelajaran, 2004.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.



Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)

Pendidikan; Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat Putus sekolah hingga kin...