Bahwa Kebaikan Adalah Musafir yang Tak
Pernah Berkhianat
(Setiap
Konribusi Pada Kebaikan Adalah Bakti Untuk Negeri)
Menjadi penerima manfaat Beastudi Etos Indonesia merupakan rezeki yang sangat tak terhitung. ada banyak pelajaran yang saya dapatkan sejak bergabung dalam Beastudi Etos Indonesia, terutama dalam program Despro, yakni Desa Produktif: Sebuah program sosial yang berfokus pada bidang pendidikan yang dilakukan oleh penerima manfaat Beastudi Etos, untuk wilayah saya Despro dilakukan di Desa Ndeskati, Desa yang sangat dekat dengan kaki gunung Sinabung.
Ada
yang menarik dari siklus dalam hidup. Tentang bagaimana terkadang kita hadir
untuk memenuhi sebuah ruang bagi orang lain, dan ia hadir untuk mengisi sebuah
ruang bagi orang yang lain lagi, terus berputar sampai pada orang terakhir yang
ternyata hadir untuk mengisi ruang dalam diri kita. Seperti siklus kebaikan.
Sebuah kebaikan akan terus berputar, berkelana mencari tuannya. Dan yang menarik
ialah sering kali saat kebaikan itu menemukan tuannya untuk kembali, ia adalah
musafir yang kenyang, ia adalah musafir yang bahagia, ia adalah musafir yang
jauh lebih besar ketimbang saat ia pergi dulu. Dan setelah semua pengembaraan
serta perputarannya, ia, sang musafir kebaikan, selalu tahu jalan pulang.
Karena kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat. Betapa indahnya
bukan?
Bismillah,
yang
saya tuliskan disini bukanlah dalam maksud riya, melainkan untuk sama-sama kita
pelajari. Kami pernah mengalami siklus ini. Suatu hari di bulan-bulan awal
masuk kuliah ada seorang teman yang bekuliah di jawa menghubungi saya,
bercerita tentang bagaimana ia benar-benar sedang bingung, uang simpanan orang
tuanya sudah nyaris habis untuk biaya keberangkatannya ke pulau jawa serta
keperluan-keperluan awal kuliah. Saat itu beliau benar-benar dalam desakan
ekonomi dan nyaris diusir dari kosannya karena tunggakan pembayaran. Mendengar
hal itu tentu saya sangat sedih, namun apa mau dikata saya dan teman-teman yang
lain juga baru memasuki masa awal kuliah sehingga juga baru memborbardir
tabungan kami.
Setelah
seharian kami tak jua menemukan jalan keluar akhirnya saya mencoba bertanya pada
ibu, meskipun saya tahu bahwa saat itu ibu juga benar-benar sedang sulit, namun
saya hanya berfikir ‘apa salahnya mencoba?‘ saya lalu menghubungi ibu lewat
pesan singkat dan menceritakan bagaimana keadaannya. Dan malam itu, ibu telah
mengajarkan hal yang luar biasa. Ibu berkata bahwa ia masih memiliki uang
simpanan, meskipun jumlahnya tidak mencukupi untuk membayar tunggakan sewa
kamar teman tersebut, tapi ibu berharap setidaknya itu bisa membantunya.
150.000,00. Ya, seratus lima puluh ribu, saya sempat ragu malam itu. Sempat
juga terbersit niat untuk menyarankan ibu agar tak usah meminjamkannya ke teman
tersebut sebab saya faham betul keadaan di rumah dan saya yakin bahwa uang itu
adalah simpanan terakhir ibu. Tapi ibu membalas pesan saya dengan tegas.
Berkata bahwa dalam berbuat kebaikan kita harus yakin, saya lalu teringat
nasihat-nasihat ibu, tentang bagaimana
kebaikan adalah musafir yang tidak pernah berkhianat. Bahwa kebaikan
adalah musafir yang tidak pernah berkhianat. Ibu selalu yakin bahwa Allah yang
baik selalu punya rencana. Bagaimana empati sangat berperan dalam rotasi kebaikan,
ibu membayangkan bahwa teman itu adalah saya, dan bagaimana hal itu sangat
menghimpit hatinya. Ya, empati, bagaimana kita mencoba memosisikin diri kita di
posisi saudara kita yang sedang kesulitan.
Maka
dikirim ibulah uang tersebut, dan Ya. Kebaikan adalah musafir yang tak pernh
berkhianat. Beberapa hari berselang ibu mendapat rezeki yang luar biasa, seorang
saudara secara Cuma-Cuma memisahkan sebagian hartanya untuk kami, satu juta
lima ratus ribu, masyaallah tepat sepuluh kali lipat dari nominal yang
dipinjamkan ibu keteman saya. Kebaikan adalah musafir yang tak pernah
berkhianat, yang pulang dalam keadaan kenyang dan jauh lebih besar dari
keadaannya saat pergi.
Ada
juga kisah yang sangat membekas bagi saya. Bismillah, hamba berlindung
kepada-Mu Ya Allah dari sifat riya. Kisah ini terjadi beberapa hari sebelum
tahun baru 2017. Saya dan saudara-saudara dari etos mengikuti sebuah kajian dan
aksi dana di masjid Al-Jihad, sebuah masjid di kota Medan. Tidak tahu kenapa,
tapi saya merasa nyaman sekali di masjid itu, bahkan sempat terbersit di hati
saya sebuah harapan agar dapat sering-sering ke masjid itu. Sayangnya mesjid
itu cukup jauh dari tempat saya tinggal. Aksi dana itu ditujukan kepada
saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Saya sangat tersentuh mendengar
bagaimana kondisi mereka, merasa kecil dengan segala keluhan-keluhan saya
selama ini, saat kotak sumbangan mulai diedarkan saya mulai bimbang, mengingat
uang yang saya pegang adalah nafas-nafas terakhir dompet saya dan sudah saya
niatkan untuk ongkos pulang kampung selama libur tahun baru. Namun teringat
kembali nasihat ibu, bahwa dalam berbuat kebaikan kita harus yakin. Maka dengan
bismillah saya mengikuti kata hati untuk berkontribusi dalam aksi dana
tersebut. Dan dalam hati saya berdoa “Ya Allah, uang ini sesungguhnya milik-Mu.
Dan Engkau lebih tahu siapa yang lebih membutukannnya saat ini dan kapan
hamba-Mu ini benar-benar membutuhkannya”
Beberapa
bulan berlalu, uang tabungan mulai benar-benar menipis dan saya sangat bingung.
Suatu hari saya dihubungi seorang teman. Ia menanyakan apakah saya bersedia
mengajar privat untuk keponakannnya. Saya pun bersedia, jadwal mengajarnya
setelah maghrib, maka saya memutuskan untuk datang sejak sore dan salat magrib
di masjid terdekat disana agar bisa datang tepat waktu. Dan ternyata masjid
terdekat dari alamat tersebut adalah masjid Al-Jihad betapa senangnya saya saat
itu, harapan saya agar dapat berkesempatan kembali menegakkan salat di masjid
itu ternyata didengar Allah. Dan Allah mengabulkannya dalam bentuk reguler
selama jadwal mengajar. Setelah salat magrib saya lalu mencari alamat dan
menemukan rumah yang dituju, dan masyaaallah keluarga tempat saya
mengajar benar-benar baik dan adik yang saya ajar malah banyak memberi ilmu
buat saya, mengajarkan hal-hal sederhana bermakna besar yang sering kali kita
lewatkan. Dan ternyata, insentif yang diberikan jauh lebih tinggi dari
ekspektasi saya. Entah mengapa, dalam keharuan itu saya ingat kembali doa saya
beberapa bulan yang lalu di Masjid Al-Jihad. Allah lebih tahu kapan kita
benar-benar sedang membutuhkan. Masyaallah. Ya. Kebaikan adalah musafir yang
tak pernah berkhianat, yang sering kali pulang dalam keadaan kenyang, bahagia
dan jauh lebih besar ketimbang saat pergi.
Mungkin
kita sering bertanya-tanya, “ Aku bukanlah seseorang dengan harta yang melimpah
bukan pula orang tersohor yang punya pengaruh besar, lantas, bagaimana aku
harus berkontribusi dalam kehidupan ini, baik untuk negri atau segi apapun ?”
jawabannya adalah, insyaallah akan selalu ada jalan. Ada banyak hal yang bisa
kita kontribusikan, ntah itu harta, waktu, tenaga, nasihat, atau bahkan hanya
sebuah kehadiran. Seperti yang terjadi di wilayah desa produktif etos medan.
Desa Ndeskati, dengan jarak berkisar 79 Km dari kota Medan, sebuah desa dimana
saudara-saudara kita berperang batin untuk mempertahankan keimanan dan
keislamannya. Kami dari penerima manfaat beastudi Etos Medan secara reguler
dihari minggu datang ke Ndeskati. Melalui kegiatan itu, kita berharap bisa
saling berbagi ilmu, namun sebenarnya hal yang sebenarnya paling berkesan di
hati saya selama masa desa produktif adalah eksisteni. Makna dari sebuah
kehadiran. Mungkin kita belum mampu untuk berkontribusi secara materi atau
tenaga, tapi insyaallah selalu ada jalan. Dan jalan untuk kontribusi pada desa
Ndeskati adlah berbagi ilmu serta kehadiran. Kedatangan kita di desa Ndeskati
diharapkan bisa menunjukkan eksistensi dari sebuah ukhuwah. Untuk merangkul
batin saudara-saudara kita di sana dalam perang mempertahankan keimanan dan
keislamannya.
Nah,
coba perhatikan sekeliling kita. Jadilah peka dan kuatkan empati. Barangkali
saat ini ada saudara kita yang sedang membutuhkan nasihat kita, yang sedang
membutuhkan bantuan kita atau mungkin
sedang membutuhkan sebuah kehadiran kita untuk membuktikan kepadanya ukhuwah
itu nyata, bahwa ia tak sendirian. Karena kita kadang tak sadar, bagaimana
kehadiran kita bisa mengisi ruang kosong dalam diri orang lain, sementara ruang
kosong dalam diri kita sendiri pun ternyata jua diisi oleh orang lain, melalui
ukhuwah dan kontribusi. Bagaimana satu bentuk sederhana dari kepedulian dan
kontribusi yang kita lakukan mampu menguatkan atau bahkan menginspirasi orang
lain. Atau bagaimana satu kebaikan yang kita buat bisa menjadi kontribusi besar
bagi orang lain. Kita sering tak sadar.
Seperti kata ibu, dalam berbuat kebaikan kita
harus yakin. Karena kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat, yang
sering kali pulang dalam keadaan kenyang dan bahagia serta jauh lebih besar
ketimbang saat pergi.
Maka
amatilah dan yakinlah. Lihatlah sekeliling kita. Mari berempati dan mari
berkontribusi. Takbir!
#salam
menginspirasi
#salam
kotribusi
Putri
Desifa Parahima Ritonga
Etoser
Medan 2016