Minggu, 02 Juli 2017
Bimbingan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Pengertian Bimbingan
a) Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
a. menunjukkan jalan (showing the way),
b. memimpin (leading)
c. memberikan petunjuk (giving instruction),
d. mengatur (regulating),
e. mengarahkan (governing), dan
f. memberi nasihat (giving advice).
b) Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a. Miller (1961), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b. Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c. Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1) Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
2) Pengertian Konseling Secara Terminologi
a. Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
b. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.
c. Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
d. Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e. Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f. Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
g. Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B. TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
C. ARAH PELAYANAN BK
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b. Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c. Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
d. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
e. Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.html
LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN
Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.
Strategi Umum
Meliputi penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif.
· Menggunakan Gaya Otoritatif
Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Sedangkan gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restruktif dan punitif. Fokusnya pada ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru bersikap otoriter dan murid cenderung pasif, tidak mau berbuat inisiatif aktivitas, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Muridnya cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
· Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
Manajer kelas yang efektif mampu memahami aspek-aspek berikut :
ü Memonitor perkembangan murid dan menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
ü Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
ü Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
ü Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang
Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
·
Membedakan Aturan dan Prosedur
Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan berfokus pada ekspektasi umum atau spesifik atau standar perilaku. Prosedur atau routines, berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, prosedur mungkin berubah karena rutinitas dan aktivitas di kelas juga bisa berubah.
· Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan akan mendorong mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentu aturan dan makna dari aturan. Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat menyusun aturan dan prosedur di kelas (Weinstein, 1997) :
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4. Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.
Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
Ada tiga strategi agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu : menjalin hubungan positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi, dan mengemban tanggung jawab dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat.
·
Menjalin Hubungan Positif dengan Murid
Sebuah studi menemukan bahwa, selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, juga menunjukkan perhatian pada murid. Perhatian ini menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil.
Child Development Project (CDP) adalah program SD dimana guru dan administrator membangun hubungan yang suportif dengan murid dan mendorong murid untuk mengembangkan hubungan yang hangat satu sama lain. Evaluasi riset atas CDP di sejumlah sekolah di berbagai menunjukkan bahwa murid yang berpartisipasi dalam proyek tersebut lebih kooperatif, punya pemahaman sosial yang lebih baik, punya keahlian memecahkan konflik yang lebih baik dari pada yag tidak mengikuti program tersebut.
· Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab
Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid dalam membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu.
· Beri Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat
Berikut ini beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas.
a. Memilih penguat yang efektif.
b. Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku mereka.
Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia
Tes Standar
Apa Itu Tes Standar ?
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.
Tes berbasis standar (standards-based test), yaitu tes yang menilai kemampuan/keahlian yang diharuskan dipunyai murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya.
Tes berisiko tinggi (high-stakes testing) adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus.
Perbedaan dengan tes standar dengan tes yang dibuat guru :
1. Tes buatan guru berfokus pada tujuan instruksional untuk kelas tertentu. Tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan disetiap kelas.
2. Banyak tes standar yang memiliki aturan umum dan kebanyakan telah dievaluasi validitas dan reliabilitasnya.
Tujuan Tes Standar
1. Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3. Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
4. Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5. Membantu administrator mengevaluasi program
6. Memberikan akuntabilitas
Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar
· Norma
Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group) yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norms) apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional. Selain norma nasional, tes standar juga dapat mengandung norma kelompok spesial dan norma lokal. Jadi, evaluasi kinerja tes murid mungkin akan berbeda-beda tergantung kepada norma kelompok yang dipakai.
· Validitas
Validitas yaitu sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik tes itu sendiri, ada tiga tipe validitas :
- Validitas isi : kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sampel) isi yang hendak diukur.
- Validitas kriteria : kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. Concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
- Validitas konstruk (construct validity) : sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti inteligensi (kecerdasan), gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.
· Reliabilitas
Yaitu sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara antara lain :
- Test-retest reliability, adalah sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda.
- Alternative-forms reliability ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya.
- Split-half reliability adalah reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil. Nilai pada dua set item itu dibandingkan guna menentukan seberapa konsistenkah kinerja murid di kedua set itu.
Reliabilitas dipengaruhi oleh sejumlah kesalahan dalam pengukuran. Murid mungkin memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai namun tidak bisa konsisten dalam mengerjakan beberapa tes karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kesehatan, motivasi, dan kecemasan. Faktor eksternalnya antara lain petunjuk soal yang tidak memadai, soal yang kabur, sampel informasi yang buruk, dan penilaian yang tidak efisien. Ketika murid meraih hasil yang tidak konsisten pada tes yang sama, periksalah dengan cermat faktor-faktor internal dan eksternal yang mungkin menimbulkan ketidakkonsistenan ini.
Validitas dan reliabilitas saling terkait. Sebuah tes yang valid itu reliabel, tetapi sebuah tes yang reliabel tidak selalu valid.
· Keadilan
Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.
Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia
Bimbingan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”)
dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”).
Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang
tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.
Pengertian Bimbingan
a)
Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah
“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Kata “guidance”yang kata dasarnya
“guide”memiliki beberapa arti :
a. menunjukkan jalan (showing the way),
b. memimpin (leading)
c. memberikan petunjuk (giving instruction),
d. mengatur (regulating),
e. mengarahkan (governing), dan
f. memberi nasihat (giving advice).
b)
Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a. Miller (1961), menyatakan
bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah),
keluarga, dan masyarakat.
b. Selanjutnya Surya (1988)
mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu)
dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c. Menurut Stoops mengemukakan
bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu
suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri
(self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction)
dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan
potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada
individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan
berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1)
Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi
dari bahasa Inggris “counseling” di
dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel”
memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to
obtain counsel), anjuran (to give
counsel), dan pembicaraan (to take
counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti
pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
2)
Pengertian Konseling Secara Terminologi
a. Mortensen (1964) menyatakan
bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu
membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya.
b. James Adam mengemukakan bahwa
konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam
hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang
akan datang.
c. Rogers (1982) mengemukakan
bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu,
dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.
d. Mortensen dan Schmuller dalam
bukunya berjudul Guidance in today’s
school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang
dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk
meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e. Wren dalam bukunya yang
berjudul student person al work in
college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis
antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan
bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai
kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk
memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f. Williamson dan Foley dalam
bukunya Counseling and Dicipline
mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana
yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang
dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang
kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah
penyesuaian diri.
g. Sedangkan menurut American
Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai
suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu
yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau
pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh
keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan
dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka
atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
B. TUJUAN
BIMBINGAN
KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan
bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan
bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam
mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di
sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan
konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan
BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi
konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan
bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan
pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani
menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas
mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai
siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1.
Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2.
Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.
Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4.
Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5.
Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan
karier (psikomotorik).
C. ARAH PELAYANAN BK
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada
terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan
minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional.
Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons)
memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam
hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan
mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan
paling elementer siswa.
b.
Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya.
Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani
kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan,
memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal,
serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan
pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan
pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam
penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang
dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada
tahap dan tugas perkembangan siswa.
c.
Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani
pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan
pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat
terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga,
kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru
BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK
atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan
pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
d.
Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus
tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai
dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial,
belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan
kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas
minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek
pelayanan pengembangan tersebut di atas.
e.
Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di
luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan,
orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan
kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas
utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi
siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak
langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan
teraputik tersebut di atas.
Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.htmls
Langganan:
Postingan (Atom)
Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)
Pendidikan; Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat Putus sekolah hingga kin...
-
let's save our earth ! Mari Bersyukur dan Mari Perduli Pada umunya kita tentu punya tempat tinggal. Entah itu rumah, apa...
-
Perkenalan Hai.!!! Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Nah, blog saya ini merupakan tugas mata kuliah aplikasi komputer ...
-
Bahwa Kebaikan Adalah Musafir yang Tak Pernah Berkhianat (Setiap Konribusi Pada Kebaikan Adalah Bakti Untuk Negeri) Menjadi peneri...