Minggu, 02 Juli 2017

          LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN



Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.

Strategi Umum

Meliputi penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif.

·                                  Menggunakan Gaya Otoritatif

Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Sedangkan gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restruktif dan punitif. Fokusnya pada ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru bersikap otoriter dan murid cenderung pasif, tidak mau berbuat inisiatif aktivitas, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Muridnya cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

·                                 Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif

Manajer kelas yang efektif mampu memahami aspek-aspek berikut :
ü  Memonitor perkembangan murid dan menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
ü  Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
ü  Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
ü  Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang

Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
·       
                                    Membedakan Aturan dan Prosedur

Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan berfokus pada ekspektasi umum  atau spesifik atau standar perilaku. Prosedur atau routines, berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, prosedur mungkin berubah karena rutinitas dan aktivitas di kelas juga bisa berubah.

·                                  Mengajarkan Aturan dan Prosedur

Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan  akan mendorong mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentu aturan dan makna dari aturan. Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat menyusun aturan dan prosedur di kelas (Weinstein, 1997) :
1.       Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2.       Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3.  Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4.      Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.

Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
              
Ada tiga strategi agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu : menjalin hubungan positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi, dan mengemban tanggung jawab dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat.
·        
                                    Menjalin Hubungan Positif dengan Murid

Sebuah studi menemukan bahwa, selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, juga menunjukkan perhatian pada murid. Perhatian ini menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil.
Child Development Project (CDP) adalah program SD dimana guru dan administrator membangun hubungan yang suportif dengan murid dan mendorong murid untuk mengembangkan hubungan yang hangat satu sama lain. Evaluasi riset atas CDP di sejumlah sekolah di berbagai menunjukkan bahwa murid yang berpartisipasi dalam proyek tersebut lebih kooperatif, punya pemahaman sosial yang lebih baik, punya keahlian memecahkan konflik yang lebih baik dari pada yag tidak mengikuti program tersebut.

·                                     Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab

                 Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid dalam membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu.

·                                    Beri Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat

                 Berikut ini beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas.
a.      Memilih penguat yang efektif.
b.      Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c.       Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku mereka.


Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)

Pendidikan; Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat Putus sekolah hingga kin...